Fashion di Kampus Islam, Antara Ikut Tren dan Tetap Jaga Identitas Keislaman

Koma.co.id, Makassar– Tren busana modern semakin merambah kampus Islam, di mana mahasiswa ingin tampil modis namun tetap menjaga nilai-nilai keislaman. Mereka harus menyeimbangkan keinginan mengikuti tren fashion global dengan kewajiban untuk berpakaian sesuai syariat Islam, seperti menutup aurat dan menghindari pakaian ketat. Di tengah tantangan ini, mahasiswa berusaha mencari gaya yang sesuai dengan ajaran agama, sambil tetap tampil percaya diri dan mengikuti perkembangan mode.

 

Bagi sebagian besar mahasiswa, fashion adalah cara mengekspresikan diri dan meningkatkan rasa percaya diri.

“Saya suka mengikuti tren, tapi saya pastikan pakaian saya tetap sopan,” ujar Aini Nur Amalia, mahasiswa UIN Alauddin.

Kalimat ini menggambarkan bagaimana mahasiswa berusaha tetap terlihat modis tanpa melupakan tanggung jawab mereka dalam menjaga kesopanan sesuai dengan prinsip agama.

Di era digital yang serba terhubung, gaya busana dari berbagai penjuru dunia kini mudah diakses. Misalnya, gaya Korea dengan nuansa pastel dan potongan longgar, yang menjadi favorit banyak mahasiswa Muslim saat ini. Gaya ini memberikan kesan modern dan nyaman, namun tetap dalam batas yang sopan.

Masnaeni. guru Akidah-Akhlak dari Madrasah Nurul Asadiyah Callaccu Sengkang, Kab.Wajo, menjelaskan bahwa Islam memberikan ruang kebebasan dalam berpakaian, tetapi tetap ada aturan yang harus dipatuhi. Menutup aurat dan menghindari pakaian ketat adalah salah satu prinsip utama yang tidak boleh diabaikan oleh umat Muslim, termasuk mahasiswa.

“Islam memberikan kebebasan dalam berpakaian, tapi ada aturan yang harus dijaga, seperti menutup aurat dan tidak memakai pakaian ketat,” jelas Masnaeni.

Sementara itu, Miftahul Rohmah. guru Fiqih dari Pesantren Bahrul Ulum, Pallangga, Gowa, menyoroti bahwa tren fashion modern, seperti jilbab yang stylish, dapat diterapkan asalkan tidak melanggar prinsip-prinsip agama. Ia menekankan pentingnya memahami aturan syariat yang berlaku dalam mazhab tertentu, terutama terkait aurat.

“Fashion boleh modern, seperti jilbab stylish, asalkan tetap sesuai dengan prinsip Islam. Tapi tren seperti turban yang memperlihatkan leher kurang cocok dalam pandangan mazhab Syafi’i,” tambahnya.

Ini menunjukkan bahwa meskipun mode modern terus berkembang, mahasiswa kampus Islam harus tetap setia pada ajaran Islam yang mengatur cara berpakaian.

Namun, tantangan tidak hanya datang dari aturan agama saja, melainkan juga dari sisi ekonomi. Banyak mahasiswa yang merasa kesulitan mencari pakaian yang sesuai dengan selera namun tetap terjangkau.

“Sulit mencari pakaian yang sesuai selera tapi tetap terjangkau,” keluh Dharlya, mahasiswa UMI.

Keterbatasan finansial ini menjadi penghalang bagi beberapa mahasiswa yang ingin tampil stylish namun tetap menjaga kesopanan sesuai ajaran Islam.

Selain harga, pengaruh media sosial juga menjadi tantangan besar. Platform seperti Instagram dan TikTok memperkenalkan berbagai tren fashion yang sering kali jauh dari nilai-nilai keislaman. Banyak mahasiswa tergoda untuk mencoba tren-tren yang tidak selalu sesuai dengan norma agama.

“Saya suka eksperimen gaya, tapi selalu ingat untuk tetap sopan,”ujar Nurul Annisa, juga dari UMI, yang mencoba memadukan gaya Korea dengan hijab syar’i.

Kecenderungan untuk mengikuti tren global di media sosial sering kali membawa dampak besar pada pilihan berpakaian mahasiswa.

Di tengah dilema ini, kampus Islam memegang peran penting. Sebagai institusi pendidikan, mereka diharapkan mampu membimbing mahasiswa dalam memahami dan menerapkan nilai-nilai keislaman, termasuk dalam berpakaian.

“Diskusi atau workshop tentang fashion Islami yang modern dan kreatif bisa jadi solusi,” kata Sofiani dari UNISMUH.

Melalui berbagai kegiatan ini, mahasiswa dapat lebih mudah menemukan keseimbangan antara tren global dan prinsip agama.

Pada akhirnya, fashion bukan hanya tentang penampilan, tetapi juga cara untuk merepresentasikan identitas. Mahasiswa kampus Islam terus berusaha menciptakan gaya yang mencerminkan kepribadian sekaligus mematuhi syariat.

“Pakaian yang rapi dan Islami adalah bagian dari personal branding kita. Selain itu, tampil percaya diri adalah nilai tambah,”ujar Tri Ananda dari UNISMUH.

Fashion di kampus Islam adalah perjalanan menemukan keseimbangan, dan itu tidak selalu mudah. Namun, melalui dialog dan kreativitas, mahasiswa dapat tampil modern tanpa melupakan siapa mereka sebenarnya. Proses ini mencerminkan pencarian identitas yang lebih dalam, di mana mereka tidak hanya berusaha mengikuti tren dunia, tetapi juga mengukir jejak mereka sebagai individu yang setia pada nilai-nilai agama dan budaya mereka.

Oleh Safaruddin

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *